CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

15 Apr 2011

Maryamah Karpov by Andrea Hirata (Resensi Novel)



Judul Novel  :  Maryamah Karpov
Tahun  :  2008
Penulis :  Andrea Hirata
Jumlah Halaman  :  504
Penerbit  :  Bentang Pustaka
Harga  :  Rp. 79.000,00

            Setelah sukses dengan ketiga novelnya yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor, Andrea kembali mengulang kesuksesannya di industri perbukuan dengan meluncurkan novel berjudul Maryamah Karpov, novel keempat dari tetralogi Laskar Pelangi.
            Novel Maryamah Karpov menceritakan tentang perjuangan Ikal setelah ia berhasil menamatkan studinya di Universite de Sorbonne, Perancis. Ia kembali ke kampung halamannya di Belitong. Ia rindu pada orangtuanya, rindu pada Arai sepupunya, dan rindu pada gadis impiannya yaitu A Ling. Perjalanan yang ia lalui dari Jakarta ke kampungnya Belitong, di lalui Ikal dengan penuh perjuangan dan rasa letih. Namun semua seakan sirna bila ia terbayang wajah ayahnya, sosok pendiam yang sangat dirindukannya.
Cerita dibuka dengan kehadiran seorang dokter gigi muda bernama Budi Ardiaz Tanuwijaya yang ternyata adalah seorang wanita. Ia memilih mengabdi di daerah terpencil daripada menerima tawaran ayahnya untuk menjadi direktur perusahaan di kota San Fransisco. Kedatangannya disambut meriah oleh warga. Namun, setelah membuka praktik berminggu-minggu, tak ada satupun warga Belitong yang datang ke kliniknya dengan alasan tidak boleh memasukkan tangan ke dalam mulut kecuali muhrim. Mereka lebih memilih ke rumah dukun gigi Lim Siong Put alias A Put yang mengobati sakit gigi dengan cara yang ajaib, tanpa perlu membuka tekak, bahkan tanpa perlu disentuh secuil pun oleh A Put. Berbagai cara dilakukan oleh Ketua Karmun (kepala kampung) agar masyarakat mau meninggalkan perdukunan dan mau berobat ke klinik gigi, tapi sayang masyarakat tetap keukeuh pada prinsip yang mereka pegang.
Selanjutnya diceritakan perjuangan dan kerja keras Ikal untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. “Tak ada pekerjaan untuk seorang sarjana teori ekonomi di kampungku”, begitulah katanya. Ia melakukan pekerjaan apapun, mulai dari mendulang timah, membawa ikan, beras, gula, terasi dan barang-barang kelontong lainnya untuk dijual ke pelosok-pelosok desa. Semua itu ia lakukan demi sebuah perahu. Tepatnya membuat perahu. Keinginan membuat perahu itu didasari oleh berita yang menggemparkan seisi kampung Belitong. Berita tersebut mengenai penemuan dua jenazah yang terapung di laut. Konon kabarnya, dua jenazah tersebut tewas karena mencoba melarikan diri dari kawanan perampok yang bengis dan sadis di Pulau Batuan. Di tubuh jenazah itu terdapat rajah kupu-kupu. Rajah tersebut mengingatkan Ikal akan seorang perempuan yang pernah memperlihatkan rajah itu padanya. Perempuan itu adalah orang yang ia cari seumur hidupnya : A Ling. Ikal yakin, A Ling bertalian darah dengan dua jenazah tersebut dan pastilah ia merupakan salah satu penumpang kapal ke pulau Batuan. Pulau itu terkenal sangat berbahaya dan hanya dihuni oleh kelompok-kelompok lanun. Siapa saja yang berlayar kesana, jangan harap untuk bisa kembali lagi.
Ikal berniat ke Pulau Batuan untuk mencari A Ling. Walau pulau itu terdengar mengerikan dan banyak warga yang melarangnya, namun Ikal tidak menyerah. Satu-satunya cara untuk berlayar ke Pulau Batuan hanyalah dengan menggunakan perahu. Itulah sebabnya ia bekerja dengan keras yang tidak lain dan tak bukan hanya untuk membuat perahu. Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Niat Ikal untuk berlayar akhirnya dibantu oleh sahabat-sahabatnya (Laskar Pelangi) yang kini telah tumbuh dewasa dengan profesi yang beragam. Lintang yang cerdas membantunya membuat konstruksi dan desain perahu dengan perhitungan fisika, begitu juga Mahar, A Kiong, Samsons dan sahabat-sahabat lainnya yang juga membantu Ikal. Dengan modal semangat, bantuan dari sahabat-sahabatnya, dan sedikit ilmu, terciptalah sebuah perahu yang hebat. Perahu itu diberi nama “Mimpi-mimpi Lintang”.
Walaupun Ikal telah berhasil membuat perahu, masih saja orang-orang mencemoohkannya dan tak ayal Ikal menjadi objek taruhan masyarakat Belitong. Tapi itu semua tidak menjadi penghambat untuk Ikal. Bahkan, Ikal membuat orang terkagum-kagum dengan perjuangan hebatnya.
Setelah berhasil membuat perahu, Ikal berangkat ke Pulau Batuan bersama Mahar, Chung Fa dan Kalimut. Mereka memiliki misi yang berbeda-beda. Selama perjalanan, banyak sekali rintangan yang mereka hadapi mulai dari angin laut, pembajak sadis dan dunia mistik. Tetapi semua dapat mereka lewati. Akhirnya Ikal pun dapat menemukan A Ling, lalu membawanya kembali ke Belitong.
Novel Maryamah Karpov dan ketiga novel sebelumnya merupakan karya sastra yang unik. Andrea menyajikan sebuah genre yang disebut sebagai cultural literaty nonfiction, yaitu sebuah karya nonfiksi yang digarap secara sastra berdasarkan pendekatan budaya.
Melalui novel ini, pembaca dapat mengetahui budaya-budaya orang melayu di Belitong. Seperti kebiasaan membual dan melebih-lebihkan, juga kebiasaan menyematkan nama baru dibelakang nama asli, semata-mata untuk mengolok-olok bahkan merendahkan yang mempunyai nama. Contohnya, Munawir yang sering mengabarkan berita kematian seseorang lewat speaker TOA dijuluki Munawir Berita Buruk, Munaf yang jika berbicara senang memakai kata katakalah dijuluki Munaf Katakanlah, Marhaban yang selalu bertugas sebagai komandan pasukan baris-berbaris pada acara 17 Agustus dijuluki Marhaban Hormat Grak, Mustahaq yang mati-matian berusaha memodifikasi sepera motor rongsokan Honda V80-nya agar tampak seperti Harley dijuluki Mustahaq Davidson, dan Ikal sendiri adalah julukan yang ia dapat karena rambutnya yang ikal.
Kelebihan novel ini yaitu terletak pada kata-katanya yang puitis, penuh motivasi dan apa adanya. Alur yang dibuat maju-mundur justru tak membuat pembaca bingung, melainkan membuat pembaca semakin penasaran. Lelucon dan humor menjadi menu utama dalam novel ini. Tak jarang pembaca dibuat tertawa terbahak-bahak membaca kisah masyarakat Belitong yang lucu dan penuh guyonan.
Namun dibalik kelebihannya, novel ini juga mempunyai kekurangan. Jika kita simak, judul “Maryamah Karpov” pada novel ini tidak ada kaitan langsung dengan keseluruhan isi cerita. Nama Maryamah Karpov hanya beberapa kali disebut dalam novel ini. Maryamah Karpov digambarkan sebagai seorang perempuan yang biasa dipanggil Mak Cik Maryamah, mendapat tambahan nama “Karpov” karena sering terlihat di perkumpulan jago-jago catur di warung kopi Usah Kau Kenang Lagi dan mengajari orang langkah-langkah ala Karpov. Sedangkan didalam novel lebih banyak menceritakan tentang perjuangan Ikal untuk mencari tambatan hatinya.
Akan tetapi, terlepas dari itu semua, novel Maryamah Karpov adalah novel yang layak dibaca. Kata-katanya mampu menyihir pembaca, seolah-olah pembaca ikut menyaksikan petualangan Ikal dan sahabat-sahabatnya. Pembaca juga bisa merasakan betapa setiap kalimat yang diciptakan memiliki kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, tetralogi Laskar Pelangi merupakan koleksi yang amat berharga untuk dimiliki dan merupakan legacy Andrea Hirata yang amat penting tidak hanya bagi sastra, dunia pendidikan, tetapi juga budaya Indonesia.
Novel Maryamah Karpov memberikan pesan kepada pembaca agar jangan takut untuk bermimpi. Semua yang kita impikan pasti akan terwujud asal kita berusaha untuk mewujudkannya. “Kuberitahu satu rahasia padamu, Kawan. Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya”.



1 komentar:

ghost mengatakan...

aku baru saja langsaikan pembacaan aku pada novelnya Padang Bulan dan Cinta Di dalam Gelas.

Posting Komentar